LAPORAN
FARMASI FISIK 1
“MIKROMERITIK”

OLEH
KELOMPOK IV
WA ODE NORMA MA’RUF (F201601128)
WA ODE FITRI ANASARI (F201601130)
NUR FITRIANI BAHNUD (F201601135)
NADRIYANTI THAMRIN (F201601146)
HASRIANI H JAFAR (F201601153)
YENI INDRAWATY (F201601221)
WIDYA PEBRIANINGSIH (F201601222)
PRODI S1 FARMASI
STIKES MANDALA WALUYA KENDARI
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam
meracik suatu bentuk sediaan obat, tentunya ada beberapa faktor atau aspek yang
perlu diperhatikan agar sediaan yang dihasilkan bisa sesuai, salah satunya
adalah bentuk keseragaman ukuran partikel. Ukuran partikel dari bahan obat
merupakan penentu untuk beberapa sifat zat. Hal ini berlaku baik untuk bahan
yang berada dalam kondisi berbentuk serbuk atau bubuk maupun yang diracik dalam
bentuk sediaan tablet, granular, salep, suppositoria dan emulsi.
Pada
tahun - tahun terakhir ini, perhatian lebih banyak tercurah pada aspek
biofarmasi. Ukuran partikel misalnya, pengaruh kecepatan melarut obat sukar
larut melalui ukuran partikelnya, yang berkaitan erat dengan kerja pembebasan
obat dan reabsorbsi.
Ukuran
partikel inilah yang nantinya bisa menentukan suatu efek dari obat tersebut
melalui beberapa tahap perjalanannya di mulai dari fase farmakokinetik,
khususnya pada proses disolusi atau pelepasan obat dari bentuk sediaan dan pada
proses absorbsi dari obat itu sendiri, fase farmakodinamik dan fase biofarmasi.
Maka dari itu diperlukan ilmu yang mempelajari tentang ukuran partikel itu
sendiri, ilmu tersebut dinamakan mikromeritik oleh Dalla Valle. Dalam mikromeritik, metode yang
digunakan adalah metode mikroskopis
optik, metode ayakan dan metode sedimentasi atau pengendapan. Metode yang akan
digunakan dalam praktikum kali ini adalah metode ayakan (Alfred, 1993).
Dengan
adanya mikromeritik setidaknya seorang ahli farmasi bisa memahami bagaimana
cara mengukur diameter partikel dari suatu sediaan, apalagi jika ukuran
partikelnya sangat mikroskopis setelah memalui proses pengayakan tentunya
akan sangat susah untuk mengukur
diameter partikelnya.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1
Maksud Percobaan
Mengetahui
dan memahami cara pengukuran partikel suatu zat dengan menggunakan metode
pengayakan
1.2.2
Tujuan Percobaan
Mengukur
diameter partikel zat dengan metode
pengayakan
1.3
Prinsip Percobaan
Pengukuran partikel dari serbuk
berdasarkan atas penimbangan residu yang tertinggal pada ayakan yaitu dengan
melewatkan serbuk pada ayakan dari nomor mesh terendah ke nomor mesh tertinggi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Teori Umum
Ilmu dan teknologi partikel kecil disebut
mikromeritik oleh Dalla Valle. Pengetahuan dan
pengendalian ukuran serta kisaran ukuran partikel sangat penting dalam
farmasi. Jadi, ukuran dan juga luas permukaan dari suatu partikel juga dapat
dihubungkan secara berarti pada sifat kimia, fisika dan farmakologi dari suatu
obat. Secara klinik, ukuran partikel suatu obat dapat mempengaruhi pelepasan
dari bentuk - bentuk sediaan yang diberikan secara oral, parenteral, rektal dan
topikal (Alfred, 1993).
Mikromeritik adalah ilmu atau teknologi untuk
mengukur keseragaman ukuran partikel. Dalam mikromiretik yang tersedia untuk
menentukan ukuran partikel, diantaranya ada 3 metode utama yang sering
digunakan dalam bidang farmasi yang merupakan ciri dari suatu prinsip khusus, yaitu
:
1. Metode
mikroskopis optik.
Mikroskopis
optik adalah metode yang digunakan untuk mengukur partikel dengan ukurannya yang berkisar dari 0,2 µm sampai
kira-kira 100 µm. Sediaan yang diukur partikelnya menggunakan metode ini yaitu
suspensi dan emulsi. Menurut metode mikroskopis, suatu emulsi atau suspensi,
diencerkan dan dinaikkan pada suatu slide. Di bawah mikroskop tersebut, pada
tempat dimana partikel terlihat, diletakkan mikrometer untuk memperlihatkan
ukuran partikel tersebut. Hasil yang terlihat dalam mikroskop dapat
diproyeksikan ke sebuah layar di mana partikel-partikel tersebut lebih mudah
diukur, atau pemotretan bisa dilakukan dari slide yang sudah disiapkan dan
diproyeksikan ke layar untuk diukur (Alfred, 1993).
Dalam
metode mikroskopis pengukuran diameter rata - rata dari sistem diperoleh dengan
pengukuran partikel secara acak sepanjang garis yang ditentukan. Partikel yang
tersusun secara acak diatur diameternya dengan frekuensi yang sama dalam
berbagai arah, sehingga partikel tersebut dianggap sebagai partikel yang
berbentuk bola dengan diameter yang sama. Untuk memperoleh data yang statistik
minimal harus diukur 200 partikel pada serbuk. Pengukuran biasanya dengan
menggunakan mikroskopik mempunyai data pisah yang bagus. Alat optik mikroskopik
harus mempunyai jarum penunjuk yang digerakkan dengan kalibrasi mikrometer
sekrup (Robert, 2013).
Kerugian
dari metode ini adalah bahwa pada garis tengah yang diperoleh hanya dua dimensi
dari partikel tersebut, yaitu dimensi panjang dan lebar. Tidak ada perkiraan
yang bisa diperoleh untuk mengetahui ketebalan dari partikel dengan memakai
metode ini. Untuk jumlah yang di ukur menggunakan metode ini harus sekitar (300
– 500) partikel untuk mendapatkan suatu perkiraan yang baik (Alfred, 1993).
2. Metode
Ayakan
Metode
ini menggunakan suatu seri ayakan standar yang dikalibrasi oleh The National Bureau of Standards. Ayakan
umumnya digunakan untuk memilih partikel – partikel yang lebih kasar. Tetapi
jika digunakan dengan sangat hati – hati, ayakan – ayakan tersebut bisa
digunakan untuk mengayak bahan sampai sehalus 44 mikrometer (ayakan nomor 235). Menurut metode U.S.P. untuk menguji
kehalusan serbuk suatu massa atau sampel tertentu diletakkan diatas suatu
ayakan yang cocok dan digoyangkan secara mekanis. Serbuk tersebut
digoyang-goyangkan selama waktu tertentu, dan bahan yang melalui satu ayakan
ditahan oleh ayakan berikutnya yang lebih halus serta dikumpulkan, kemudian
ditimbang. Cara lain adalah dengan menetapkan partikel-partikel pada ukuran
rata – rata aritmatik (hitung) atau geometris dari kedua ayakan tersebut
(Alfred, 1993).
Metode
ayakan merupakan metode yang paling sederhana untuk mengukur ukuran rata – rata
partikel. Ayakan dapat dibuat dari kawat dengan ukuran lubang tertentu, dimana
lubang dinyatakan dalam ukuran inci untuk mendapatkan analisis yang lebih
rinci. Pada cara ini, ayakan disusun bertingkat dimulai dari ayakan yang paling
kasar diletakkan paling atas pada mesin penggerak dilanjutkan sampai pada
ayakan paling halus yang diletakkan paling bawah. Suatu sampel ditimbang dan
ditaruh diatas ayakan dan digerakkan dengan mesin penggerak. Sisa dari sampel
yang tertinggal pada setiap ayakan diambil dan kemudian ditimbang. Sampel yang
diukur partikelnya menggunakan metode ini contohnya granul – granul tablet
(Alfred, 1993).
3. Metode sedimentasi/pengendapan
Pada metode ini
ditentukan kecepatan mengendapnya suatu partikel dalam ketergantungannya
terhadap ukuran, bobot jenis dan bentuknya dalam bidang gaya berat (analisis
pipet, timbangan sedimentasi, fotosedimentimeter) atau dalam bidang gaya
sentrifugal.
Pentingnya mempelajari mikromeritik
adalah :
a. Menghitung
luas permukaan
b. Sifat
kimia dan fisika dalam formulasi obat
c. Secara
teknis mempelajari pelepasan obat yang diberikan secara oral, suntikan dan topikal
d. Pembuatan
obat bentuk emulsi dan suspensi
e. Stabilitas
obat (tergantung ukuran patikel).
Metode umum untuk menentukan luas permukaan dengan
dua cara yaitu :
1. Metode
absorbsi, partikel – partkel dengan luas permukaan spesifik besar merupakan absorben
yang baik untuk absorbsi. Zat terlarut dan gas dari larutan. Absorbsi dan deasorbsi
dari gas nitrogen pada sampel serbuk tersebut diukur dengan suatu detektor
konduktivitas panas jika suatu campuran helium dan nitrogen dilewatkan melalui
suatu sel yang mengandung serbuk tersebut.
2. Metode
permeabilitas udara, prinsip tahanan terhadap aliran dari suatu cairan, melalui
suatu sumbat dari serbuk kompak adalah luas permukaan dari serbuk tersebut.
Makin besar luas permukaan per gram serbuk, makin besar pula tahanan untuk
mengalir. Selanjutnya, permeabilitas untuk suatu tekanan yang diberikan turun
sepanjang sumbat tersebut, berbanding terbalik dengan luas permukaan spesifik.
2.2 Uraian Bahan
2.2.1
Talk (Farmakope Indonesia Edisi III ; 591)
Nama
Resmi : Talcum
Sinonim : Talk
Pemerian : Serbuk hablur, sangat halus
licin, mudah melekat pada kulit, bebas dari butiran, warna putih atau putih
kelabu.
Kelarutan :Tidak larut dalam hampir semua
pelarut.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai sampel
2.2.2 ZnO (Famakope Indonesia Edisi III ;
636)
Nama
Resmi : Zinci Oxydum
Sinonim : Seng Oksida
Pemerian : Serbuk amorf, sangat halus,
putih atau putih kekuningan, tidak berbau, tidak berasa, lambat laun menyerap
karbon dioksida dari udara.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air
dan dalam etanol (95%) P; larut dalam asam mineral encer dan dalam larutan
alkali hidroksida.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat : Antiseptikum lokal
Kegunaan : Sebagai Sampel.
2.2.3 Etanol (Famakope Indonesia Edisi
III ; 65)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Etanol, Alkohol
Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih,
mudah menguap dan mudah bergerak; bau khas ; rasa panas. Mudah terbakar dengan
memberikan nyala biru yang tidak berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air,
dalam kloroform P dan dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat,
terlindung dari cahaya; di tempat sejuk, jauh dari nyala api.
Khasiat : Zat tambahan
BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1
Alat
Alat yang digunakan
pada praktikum ini yaitu :
-
Ayakan dengan nomor mesh 40,60,80, dan
100
-
Timbangan gram
-
Sendok tanduk
-
Sikat tabung
3.1.2
Bahan
Bahan yang digunakan
pada praktikum ini yaitu :
-
Kertas perkamen
-
Tissue
-
Alkoholk
-
Talk
-
ZnO
3.2
Cara
Kerja
1. Disiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan
2. Ditimbang
ZnO dan Talk masing – masing sebanyak 25 gram
3. Dibersihkan
ayakan dengan alkohol menggunakan sikat tabung, kemudian dilap dengan tissue untuk memastikan keringnya
pengayak dan tidak terdapatnya partikel
tertinggal yang dapat mengahalangi proses pengayakan
4. Disusun
pemasangan ayakan dengan nomor mesh 100
berada paling bawah dan secara berurutan ke atas 80, 60, dan 40
5. Dimasukkan
talk yang telah ditimbang sebanyak 25
gram pada pengayak yang telah disusun lalu diayak selama 10 menit
6. Ditimbang
fraksi serbuk yang tertinggal pada masing-masing pengayak dengan nomor mesh yang
berbeda
7. Dicatat
data yang telah diperoleh dan dihitung nilai % tertahan serta ukuran diameter partikel rata – rata
talk
8. Dilakukan
urutan kerja seperti diatas dengan sampel
ZNO sebanyak 25 gram selama 5 menit.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan
4.2.1
Tabel pengamatan ZnO
Sampel
yang di uji
|
No.
ayakan
|
Diameter
lubang ayakan (µm)
|
Bobot
tertinggal
|
%
tertinggal (n)
|
n
x d
|
ZnO
|
40
60
80
100
|
0,425
0,250
0,180
0,150
|
0,05
0,75
4,38
14,41
|
0,2%
3%
17,52%
57,64%
|
0,09
0,75
3,16
8,65
|
Jumlah
(∑)
|
15,59
|
78,36%
|
12,65
|
4.2.2 Tabel pengamatan Talk
Sampel
yang di uji
|
No.
ayakan
|
Diameter
lubang ayakan (µm)
|
Bobot
tertinggal
|
%
tertinggal (n)
|
n
x d
|
Talk
|
40
60
80
100
|
0,425
0,250
0,180
0,150
|
0,6
8,34
10,04
3,65
|
2,4%
33,36%
40,16%
14,6%
|
1,02
8,34
7,23
2,19
|
Jumlah
(∑)
|
22,63
|
90,52%
|
18,78
|
Data sumber (diameter lubang ayakan) : Farmakope Indonesia Edisi III,1979
4.2 Perhitungan
4.2.1
Perhitungan % tertahan (n) ZnO
%
Tertahan =
x 100 %

%
Tertahan no. Mesh 40 =
100 % = 0,2 %

% Tertahan no. Mesh 60 =
100 % = 3 %
% Tertahan no. Mesh 80 =
100 % = 17,52 %
% Tertahan no. Mesh 100 =
100 % = 57,64 %
% Tertahan PAN =
100 % = 15,12 %

% Tertahan no. Mesh 80 =

% Tertahan no. Mesh 100 =

% Tertahan PAN =

4.2.2
Perhitungan diameter
rata – rata ZnO
d
=
=



= 0,17 µm
4.2.3 Perhitungan % tertahan (n) Talk
% Tertahan =
x 100 %

% Tertahan no. Mesh 40 =
100 % = 2,4 %

% Tertahan no. Mesh 60 =
100 % = 33,36 %

% Tertahan no. Mesh 80 =
100 % = 40,16 %

% Tertahan no. Mesh 100 =
100 % = 14,6 %

% Tertahan PAN =
100 % = 0,4 %

4.2.4
Perhitungan diameter rata – rata Talk
d
=

=

= 0,21 µm
4.3 Pembahasan
Pada
praktikum kali ini, dilakukan percobaan tentang mikromeritik. Mikromeritik
biasa disebut sebagai ilmu dan teknologi tentang partikel yang kecil (Nike, 2017).
Untuk menentukan partikel dapat dilakukan dengan 3 metode yaitu metode
pengayakan, mikroskopi, dan sendimentasi. Namun yang dilakukan pada praktikum
ini hanyalah menggunakan metode pengayakan. Metode pengayakan adalah alat yang
digunakan untuk mengukur partikel secara kasar (Martin,1990).
Sebelum
melakukan percobaan, hal pertama yang dilakukan pada praktikum ini adalah
pembersihan ayakan terlebih dahulu menggunakan sikat tabung dan alkohol lalu
dikeringkan, hal ini dilakukan untuk menghindari mikroorganisme yang tersimpan
lama pada ayakan. Kemudian ditimbang ZnO dan Talk sebanyak 25 gram. Dipasang
pengayak dengan no mesh 100 paling bawah disusun secara berurutan keatas 80,
60, dan 40. Dimasukan sampel yang telah ditimbang pada pengayak nomor mesh 40
atau yang paling diatas lalu dilakukan pengayakan secara searah selama 10 menit
menggunakan stopwatch. Dilakukan
pengayakan secara searah dimaksudkan agar hasil yang di peroleh dalam
pengayakan lebih akurat. Cara pengayakan dalam metode ini, sampel bergerak
secara mendatar pada bidang permukaan ayakan, metode ini baik digunakan untuk
sampel yang berbentuk jarum, datar, panjang atau berbentuk serat sehingga cocok
untuk melakukan analisa ukuran partikel aggrega. Waktu pengayakan dilakukan
selama 10 menit, hal ini dikarenakan waktu tersebut dianggap waktu optimum
untuk mendapatkan keseragaman bobot pada tiap ayakan (nomor mesh). Bila waktu
lebih dari 10 menit dikhawatirkan partikel terlalu sering bertumbukan sehingga
pecah dan lolos keayakan berikutnya, dengan begitu akan terjadi ketidakvalidan
data. Jika kurang dari 10 menit partikel belum terayak sempurna (Zulfikar,
2010).
Terakhir ditimbang
fraksi yang tertinggal pada masing – masing pengayak dengan nomor berbeda pada
timbangan, lalu dicatat hasil yang diperoleh dan dihitung nilai persentase tertahan.
Keuntungan dari metode pengayakan adalah alat yang digunakan sangat sederhana,
penggunaannya mudah dan cepat, serta pengontrolan kecepatan dan waktu
pengayakan yang konstan.
Hasil yang diperoleh dari nilai % tertahan pada sampel ZnO dengan ayakan
nomor mesh 40 sebesar 0,2 %, no mesh 60 sebesar 3 %, no mesh 80 sebesar 17,52
%, dan no mesh 100 sebesar 57,64 %. Hasil yang diperoleh dengan melihat %
tertahannya sampel ZnO telah sesuai (berurutan dari yang terkecil sampai yang
terbesar). % tertahan berbanding lurus dengan nomor ayakan dan nomor ayakan
berbanding terbalik dengan diameter. Sedangkan untuk sampel Talk tidak
berbanding lurus dengan % tertahan pada ayakan no mesh 40 sebesar 2,4 %, mesh
60 sebesar 33,36%, mesh 80 sebesar 40,16%, dan mesh 100 sebesar 14,6% dan hasil
ayakan 0,4%. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh :
1. Kesalahan
penimbangan hasil ayakan
2. Ayakan
yang tidak bersih sehingga mempengaruhi hasil
3. Hasil
ayakan yang kurang karena terbang oleh angin
Setelah
dilakukan perhitungan diperoleh diameter rata – rata : ZnO = 0,17 µm, talk =
0,21 µm. Berdasarkan literatur, jika
derajat halus serbuk dinyatakan dengan no.1, dimaksudkan bahwa semua serbuk
dapat melewati pengayak dengan nomor tersebut. Jika derajat serbuk dinyatakan
dengan no. 2, dimaksudkan bahwa serbuk tersebut dapat melewati pengayak dengan
nomor terendah dan tidak lebih dari 40 % dapat melalui pengayak dengan nomor
mesh tertinggi. Maka dapat dikatakan bahwa ZnO termasuk serbuk halus dan Talk
termasuk serbuk agak halus.
Ukuran partikel dari Talk paling tidak
98% harus dapat melewati ayakan 200 mesh (tidak lebih besar dari 74 mikro) talk
termikronisasi sekarang sudah tersedia dimana ukuran partikel dapat dikurangi
menjadi beberapa mikron.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Pada praktikum mikromeritik dapat disimpulkan sebagai berikut
:
1. Menentukan
partikel dapat dilakukan dengan 3 metode
yaitu mikroskop optik, pengayakan, dan pengendapan.
2. Dari
hasil yang diperoleh nilai % tertahan sampel ZNO mesh 40 = 0,2 %, mesh 60 = 3
%, mesh 80 = 40,16 %, mesh 100 = 57,64 % dan hasil ayakan keseluruhan = 15,12%,
sedangkan sampel talk, mesh 40 = 2,4 %, mesh 60 = 33,36 %, mesh 80 = 40,16 %,
mesh 100 = 14,6 % dan keseluruhan = 0,4 %
3. Setelah
melakukan percobaan ini didapatkan hasil
dimeter rata-rata ZnO sebanyak 0,17 µm dan diameter rata – rata Talk sebanyak 0,21 µm.
5.2 Saran
Sebaiknya
percobaan ini dilakukan dengan metode lain agar diperoleh perbandingan yang
lebih jelas antara metode satu dengan yang lainnya. Adapun saran untuk praktikan
sebaiknya lebih teliti dalam melaksanakan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. DEPKES RI : Jakarta
Lolok,
Nike Herpianti 2017. Penuntun praktikum Farmasi Fisika I. Kendari Martin, A. 1990. Farmasi fisik.
Indonesia University Press Jakarta.
Martin
Alfred dkk. 1993. Farmasi Fisika Edisi
Ketiga. Universitas Indonesia : Jakarta
Sinko.J.P. 2006. Farmasi
Fisika dan Ilmu Farmasetika.EGC : Jakarta
Zulfikar.2010.Pengayakan.(online).(http://www.chem-is
try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/pemisahan-kimia-dan-analisis/pegayakan/, diakses
Minggu, 13 Mei 2012 pukul 20.12 WIB).